Madinah-Mekkah, Perjalanan Penuh Air Mata Nikmatnya Dapat Tempat Shalat di Dalam Masjid Nabawi (2) Senin, 22/09/2025 | 06:02
Di pelataran Masjid Nabawi
Berjalan kaki dari hotel ke Masjid Nabawi dalam panas terik dan suhu 46 derajat terasa nikmat. Panasnya tidak membakar kulit. Bahkan tidak menimbulkan keringat. Jadi meski panas, badan tetap bersih dan pakaian tidak bau, karena tidak ada keringat keluar. Ini keistimewaan Madinah. Angin selalu bertiup, menyejukkan badan saat berjalan. Dari hotel rombongan Maharatu menginap, hanya 7 menit jalan kaki sudah sampai di Masjid Nabawi.
Jika di tanah air saf saat shalat jarang penuh di masjid-masjid, kecuali saat Ramadhan dan lebaran atau ada acara khusus, di Masjid Nabawi jika tidak tiba minimal satu jam sebelum waktu shalat, jangan harap dapat space dalam masjid. Penuh sesak dan petugas sudah berteriak-teriak agar jamaah (perempuan) segera mencari tempat di luar, di pekarangan Masjid.
Kelebihan dalam masjid selain sejuk dan full karpet yang nyaman dan tebal, juga tersedia air zam-zam di beberapa titik. Sebelum atau sesudah shalat jamaah bisa meminumnya. Bahkan bisa dibawa sebotol kecil untuk bekal di hotel. Jika mengambil dalam jumlah besar, petugas akan marah.
Sementara di pekarangan Masjid Nabawi yang juga penuh sesak meski ada beberapa titik, tidak tersedia air zam-zam. Tetapi tetap ada air untuk minum tapi itu bukan air zam-zam.
"Di Masjid Nabawi air zam-zam hanya ada dalam Masjid. Kalau di Mekkah di semua tempat, bahkan di sepanjang jalan, tersedia air zam-zam," kata Ustadz Dadang Purnama menjelaskan, karena ada jamaah yang buru-buru mengisi botol mereka di area lokasi air di luar Masjid Nabawi.
Di dalam dan di luar masjid terlihat bersih karena sangat banyak petugas kebersihan yang berkeliling dan mengambil sampah atau pun gelas plastik bekas minum. Ada beberapa perempuan Indonesia termasuk yang bertugas menjaga ketersediaan air zam-zam dalam Masjid.
Jika cepat datang sebelum waktu Zuhur, kita bisa shalat sunah Tahiyatul Masjid, Shalat sunah Duha hingga shalat sunah taubat. Bisa membaca Al Qur'an yang tersedia di setiap tonggak-tonggak besar Masjid.
Jika datang ke Masjid sebaiknya sediakan uang kecil, baik uang rupiah mau pun riyal, untuk sekedar berbagi dengan para petugas ini. Karena jasa mereka Masjid bersih dan air minum selalu tersedia.
Mereka menerima juga pemberian dalam uang rupiah. Karena di Madinah, kita bisa belanja dengan rupiah, tidak harus mata uang riyal. Berbuat baik di Madinah akan diganjar pahala berkali-kali lipat. Jika ada uang lebih sebaiknya bersedekah dan tahan diri untuk berbelanja.
Saat azan berkumandang, terasa badan ini merinding karena suara dan lantunan azan begitu indah, jauh lebih indah dari yang didengar di tanah air. Ribuan jamaah diam dan tertib, hampir tidak ada yang bicara. Hanya sesekali terdengar suara tangis anak kecil, karena jamaah di luar Indonesia banyak yang umroh membawa keluarga dengan anak-anak yang masih balita, bahkan ada yang masih bayi.
Hati bergumam, ternyata mereka lebih memahami makna umroh dan mencintai Islam. Mereka tidak marah, tidak merasa berat, meski membawa anak-anak yang tentu sebagian besar masih rewel. Saat ditanya mereka dari mana, ada yang menjawab dari Bangladesh, Pakistan, Irak, Iran hingga Afrika. Tentu saja perawakan mereka lebih tinggi dan lebih besar dari jamaah Indonesia, sehingga kerap kita kalah dari mereka saat berebut tempat shalat.
Saat malam misalnya habis Magrib, bahkan ada yang dari ashar, tidak pulang ke hotel adalah pilihan baik agar dapat tempat di dalam Masjid. Atau sekedar tiduran di lokasi shalat di luar masjid dan saat jamaah ada yang pulang ke hotel, kita bisa masuk ke dalam dan duduk berzikir menjelang azan.
Kamar mandi dan tempat whudu tersedia di beberapa lokasi di luar Masjid. Itu pun masih harus antri jika kita ingin whudu. Jadi whudu lebih baik selalu dilakukan di hotel, lebih nyaman dan tidak berdesakan. Juga lebih bersih tentunya.
Untuk shalat subuh banyak jamaah yang sudah pergi ke Masjid mulai pukul 3.00 di hari dari hotel. Selain agar bisa dapat tempat di dalam masjid Nabawi juga agar bisa melaksanakan shalat sunat tahajud lebih banyak. Jamaah terlihat diam, khusyuk dan tafakur.
Di sini di kota suci Madinah, hati dan pikiran hanya fokus ingin ibadah. Tiba-tiba semua terlupakan, apakah itu masalah pekerjaan atau pun soal lainnya, tiba-tiba hilang. Yang ada hanya kehendak untuk beribadah, minta ampun dan bertaubat.
"Dialah (Allah) yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. Allah Maha mengetahui apa yang kalian lakukan". (Asy-Syura Ayat 25).
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...". (At-Tahrim Ayat 8).
Lalu, apalagi yang dicari? Ini tempatnya. Inilah waktunya. Di sini ada makam Rasulullah Saw dan makam dua sahabat dekat beliau, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq di sisi kanan (sejajar) dan Umar bin Khattab di sisi kiri. Ketiga makam ini berada di area yang sama, yang dulunya merupakan kamar Sayyidah Aisyah RA, dan kini menjadi bagian dari Masjid Nabawi.
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar... Allaahu Akbar, Allaahu Akbar..." dan air mata kembali titik, mendengar merdunya lantunan azan tersebut.
"Tuhan, apalagi yang kuinginkan? Hanya ampunan Mu. Terima taubat ku seperti janji Mu. Aku manusia sudah pasti banyak salah, banyak dosa, tapi Engkau tetap memanggil ku ke sini ke tanah suci Mu, sungguh Maha Pengampun Engkau. Engkau memilih, Engkau memulihkan maka pulihkanlah jiwa ku seperti saat bayi dulu, suci bersih tanpa noda. Pelihara jalan ku, pelihara langkah ku setelah kembali ke negeri asalku. Jika waktu ku tiba, panggil aku dalam keadaan Husnul Khatimah."
"Bahkan jika saat ini pun Engkau anggap waktu yang tepat dan ampunan Mu telah kudapat, dan jika kembali ke tanah air hanya akan kembali terulang salah, aku Ridho aku ikhlas, jika harus kembali pada Mu. Aku berserah sungguh-sungguh. Jika belum waktu ku, izinkan aku kembali ke tanah suci Mu. Panggil aku lagi. Engkau Maha Mengerti. Maha Pengasih."
Tidak ada hari tanpa tangis di sini. Tangis penyesalan karena telah berbuat salah dan mohon ampunan. Tangis syukur karena diberi kesempatan datang ke tanah suci dan tangis bahagia, Allah memberi ruang memberi tempat sangat baik untuk bertaubat.
'Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāh ( Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah). (Bersambung)/Luzi Diamanda